Google, raksasa teknologi yang sering kali menjadi pusat perhatian, kembali menyita sorotan dengan kekacauan yang terjadi pada generasi gambar oleh Gemini AI-nya. Para pemimpin dunia dan tokoh industri bergelut dengan kekecewaan atas gambar-gambar sejarah yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan tersebut. Google, tak mau kalah, pun mencoba memberikan penjelasan terkait apa yang sebenarnya terjadi.
Keputusan penting pun diambil oleh perusahaan: Gemini akan menghentikan sementara generasi gambar orang sambil berusaha “meningkatkan akurasi responsnya.”
Namun, dalam sorotan, Menteri Negara Elektronik dan TI, Rajeev Chandrasekhar, mengungkapkan kekhawatiran akan potensi pelanggaran hukum TI India oleh chatbot AI Gemini milik Google. Bahkan, sang CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, menuding Google menjalankan “pemrograman rasis, anti-peradaban” dengan model AI-nya.
Dalam upaya memberikan klarifikasi, Prabhakar Raghavan, Wakil Presiden Senior di Google, mengakui dalam sebuah tulisan terbaru bahwa “fitur ini meleset dari sasaran.”
“Saatnya mengungkap, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Raghavan.
“Ini adalah kisah tentang dua hal. Pertama, penyelarasan kami gagal mempertimbangkan kasus-kasus yang jelas tidak seharusnya menampilkan variasi. Dan kedua, seiring berjalannya waktu, model tersebut menjadi terlalu hati-hati,” terang Raghavan.
Namun, Google menegaskan bahwa mereka tidak bermaksud menciptakan gambar sejarah yang tidak akurat. Mereka telah mematikan generasi gambar orang dan berjanji untuk memperbaikinya sebelum menghidupkannya kembali.
Meski demikian, Raghavan juga menyampaikan keterbatasan, “Kami tidak bisa menjamin bahwa Gemini tidak akan kadang-kadang menghasilkan hasil yang memalukan, tidak akurat, atau menyinggung. Namun, kami akan terus mengambil tindakan setiap kali kami mengidentifikasi masalah.”
Tentu saja, perjalanan Gemini AI di dunia digital menjadi salah satu yang patut diikuti. Semoga saja, dengan upaya perbaikan yang dilakukan, Gemini akan kembali memukau dengan karyanya yang memukau dan akurat.
